Sesuai dengan tema acara ini, maka sebelum acara selesai dilakukan penyerahan bantuan secara simbolis dari pihak Radio Oz dan LA Light selaku sponsor kepada wakil pengelola Gedung KEsenian Rumentang Siang. Sumbangan yang diberikan adalah hasil penjualan tiket dan tambahan dari sponsor. Jumlahnya lumayan gede, saya lupa nominalnya tapi waktu itu yang kepikiran dengan uang segitu bisa buat umroh berdua.. ya, sekitaran segitu lah..
Band penutup acara ini siapa lagi kalau bukan PS. Penonton cukup antusias, mereka berdiri dan langsung memadati bagian depan panggung. Saya juga ikutan maju supaya gak kehalangan kalo motret. Teman2 purepeople yang saya kenal dan biasanya rajin menghadiri setiap penampilan PS malam itu hampir tidak ada yang terlihat. Yang saya kenal hanya 2 orang saja. Hal ini diperparah oleh ratu freepass yang malam itu secara mengejutkan kehabisan tiket dan tidak bisa masuk ke venue. hihihi.. Purepeople atau bukan saya pikir semua yang hadir malam itu sangat menunggu penampilan Pure Saturday. that's the important thing.
Dari contekan setlist yang saya bajak seusai acara, PS membawakan 9 lagu dan sebagian besar lagu-lagu tersebut dibawakan dengan aransemen baru (set list menyusul). Setelah lagu penutup seperti biasa penonton minta tambah dan PS mememenuhi keinginan penonton.
Acara berakhir sekitar pukul sebelas malam lebih, well.. cukup tepat waktu untuk ukuran acara musik di Bandung yang terkenal ngaret. Sempat bete karena gagal nonton Sore n White Shoes, tapi saya tetap menikmati acara tersebut.
Terimakasih, mudah2an Gedung Rumentang Siang bisa terus dipelihara dengan baik dan dimakmurkan dengan kegiatan2 seni yang berkualitas. Seharusnya pemeiharaan gedung ini adalah tanggung jawab pemeritah Kota Bandung untuk mengelolanya. Akan tetapi berhubung aparat plat merah kurang memperhatikan hal ini (kamarana ateuh..?), maka gedung ini makin hari makin sepi dari pementasan seni dan bangunan gedung kurang terawat. Untunglah masih ada banyak pihak yang masih sadar pentingnya gedung ini dan acara seperti ini nampaknya harus sering dilaksanakan untuk menggugah kesadaran akan perlunya ruang seni di kota kembang tercinta.
Saya pun pulang bersama lamunan "kapan ya Bandung bisa punya gedung pertunjukan yang bagus dan aktif sekelas minimal Teater Jakarta atau PPHUI." Sabuga terlalu eksklusif dan mahal untuk menyelenggarakan acara2 dengan skala kecil.
See You on the next gigs.
Note:
Gear:
Nikon D40 Kit and Nikkor lens 55-200 VR.
Post process:
Nikon NX2: Contrast and Tone editing/balancing.
ACDsee Pro 2.5: Crop, resize and id tag.