Thursday, November 25, 2010

Sarasvati @ BWJ Festival




Kalau diibaratkan hantu atau jin gentayangan di film-film yang katanya penasaran karena ada suatu misi yang belum selesai di dunia fana ini dan kemudian dia bisa menyelesaikan misinya lalu seolah-olah kembali ke alamnya dengan tenang, maka itulah kira-kira perasaan saya setelah menonton penampilan Sarasvati di pagelaran Bandung World Jazz Festival tanggal 6 November lalu. Mungkin tampak berlebihan bagi kalian yang membaca tulisan ini, tapi bagi saya tidak. Untuk seorang Risa Saraswati yang saya ikuti perkembangannya (tapi saya bukan stalker loh :p) setelah resmi undur diri dari Homogenic dan berencana membuat solo project bernama Sarasvati, hal ini sangat wajar bagi saya, apalagi saya hanya bisa streaming pada saat launching EP Story of Peter, pertunjukkan musik yang sudah saya tunggu sekian lama dan sudah niat untuk nonton tapi gak bisa dateng karena launchingnya malam jumat, bentrok dengan jadwal saya nyegik.. heuheu, maksudnya itu konser dilaksanakan pada hari kerja sehingga hampir tidak mungkin saya meninggalkan jakarta ini. aku di matraman kau di kota kembanggg kalau kata the upstairs mah..

Perjalanan saya menuju konser ini juga bisa dibilang cukup menarik. Saya mengikuti workshop Foto Bandung World Jazz Festival yang diselenggarakan oleh fotolisis. Tujuan utamanya adalah mempunyai tag all access sehingga saya bisa bebas berkeliaran di seluruh area pertunjukan baik panggung maupun backstage kecuali toilet wanita. Menyalurkan hobi sudah jelas, menonton dan memotret live music, serta menambah teman dan ilmu. Tapi untuk yang terakhir ini sepertinya tidak tercapai dengan baik. saya malah terbebani dengan konsep tema yang harus disampaikan pada workshop, yaitu membuat rangkaian cerita. selama ini saya hanya memotret saja dan mungkin ini kelemahan terbesar saya yang harus segera dibenahi. Untuk mengikuti workshop itu saya harus bolak-balik jakarta bandung pergi pagi pulang petang untuk mengikuti workshop (tapi cuma bisa ikutan sehari aja, sisanya gak bisa ikutan :() dan juga pada saat pelaksanaan BWJF.

Cukup tentang saya, kita kembali ke Bandung World Jazz dan Sarasvati. Lepas dari euphoria saya yang bisa menyaksikan Sarasvati, ada beberapa catatan kurang bagus untuk penyelenggaraan acara yang bertajuk "World" yang seharusnya "World Class" itu namun pada kenyataannya sangat jauh. Point utama adalah ketepatan waktu. Acara ini super ngaret. Mestinya acara dimulai pukul 10 pagi, namun karena satu dan lain hal baru dimulai sekitar pukul 2 siang. Usut punya usut ternyata sejak sound check juga sudah terjadi pemuluran jadwal. Konon kabarnya karena ada masalah pada mixer. Saya baca dari twitternya Sarasvati kalau mereka yang dijadwalkan sound check pada malam H-1 harus mundur hingga jam 3 pagi dan baru selesai menjelang matahari terbit. Pagi hari sebelum dimulai pun masih ada beberapa musisi yang baru sound check. Selain itu pembagian panggung menjadi tiga tapi channelnya satu panggung adalah hal yang sangat fatal, jeda dari panggung satu ke panggung lain akan terhambat cukup lama karena harus cabut colok kabel di mixer yang sama serta setting ulang sound sesuai kebutuhan musisi. hampir tidak ada bedanya dengan pertunjukkan dengan satu panggung. Mungkin kalau saya bahas lebih lanjut bisa lebih panjang lagi tapi saya cukupkan sampai disini karena kita akan fokuskan lagi ke Sarasvati.

Molornya jadwal itu juga berakibat pada molornya jadwal Sarasvati. Dari jadwal yang tertera pada rundown Sarasvati manggung pukul 9 malam, pada kenyataannya terpaksa manggung menjelang pukul 12 malam. Jika saja Karinding Collaboration tidak membatalkan pertunjukannya malam itu, mungkin Sarasvati bisa manggung pada saat mendekati jam sahur. Acara ngaret seperti ini berpotensi besar menurunkan mood penonton, peliput dan juga musisi yang tampil. Syukurlah hal itu tidak terlihat pada saat Sarasvati naik pentas.

Sarasvati membuka penampilan mereka dengan mengajak salah seorang penonton untuk membawakan lagu Perjalanan, sebuah lagu gubahan Franky Sahilatua yang di aransemen ulang sesuai karakter Sarasvati. Lagu kedua yang dimainkan adalah Cut and Paste yang bertempo lebih cepat namun nuansanya masih terasa kelam, ingin rasanya memejamkan mata dan berkonsentrasi mendengarkan lagu ini, tapi saya akan kehilangan banyak momen :D. Penonton BWJF semakin tenggelam bersama Sarasvati dalam lagu Question dalam pilihan nada-nada cerdas yang cocok didengarkan saat anda merasakan galau akut. Berikutnya single pertama dari EP Story of Peter yaitu Oh I Never know yang sudah sering diperdengarkan di radio-radio ternama kota kembang maupun ibu kota. Sebuah duet yang manis antara Risa dan Tulus, salah seorang penyanyi pendukung pada malam itu.

Sarasvati tampil dengan kekuatan penuh, full band yang dibantu oleh Egi Anggara (cherry Bombshell) pada gitar, ditambah dengan tiga keyboardis dan tiga backing vocal, satu diantaranya adalah Diantra, vokalis Hollywood Nobody dan ditambah dengan string section. Ada pula alat musik tradisonal sunda spesial dan sinden serta penari tradisonal untuk lagu Bilur yang dinyanyikan setelah lagu Fighting Club. Mendengarkan Bilur secara langsung membuat bulu kuduk saya merinding, bukan karena takut, tetapi karena suara Risa di lagu tersebut dan pada saat sinden menembangkan bagiannya.

Sebuah cover song dari Chrisye, Kala Sang Surya Tenggelam dan layar pentas akhirnya ditutup dengan lagu yang menjadi tajuk dari EP yang dirilisnya, yaitu Story of Peter. Pada lagu ini tampil seorang bocah bule dan boneka yang bermain-main ke atas panggung mengajak Risa untuk bercanda dan berlarian, rasanya seperti melihat pertunjukan teater ;D. Katanya Peter yang asli hadir juga malam itu tapi entah dimana, saya tidak melihatnya dan lebih baik begitu.

Begitulah pokoknya, saya juga sudah bingung mau menulis apa lagi.. tak sadar juga ini sudah jam 2 pagi.. mirip sekali waktunya dengan selesainya liputan saya di Sabuga waktu itu. Saya pun pulang ke rumah.. berjalan kaki hingga McD Setiabudi, nongkrong disitu menunggu subuh sekaligus menghindari kepungan geng motor (ini sih biar tampak dramatis aja) dan sebelum ayam jago berkokok saya pulang ke rumah orang tua saya di Lembang dengan angkot suci Saint Hall-Lembang bersama ibu-ibu yang akan berangkat ke pasar.

Terimakasih sudah berkunjung dan selamat melihat2 fotonya, Kritik dan saran seperti biasa selalu saya harapkan. :D.







Monday, November 15, 2010

Arkarna @ Java Rockin'land 2010




Sebenernya pengen banget menulis sedikit review tentang ini tapi apa daya So Little Time Too Much To Do.. :p.. selamat menikmati saja foto2 Arkarna yang manggung di JRL 2010 hari kedua ini. Bagi saya yang pernah merasakan kejayaan grup ini di tahun 90an rasanya sangat menyenangkan bisa menyaksikan langsung penampilan mereka. Live performance yang rapi, sound yang mantap serta lighting panggung yang mumpuni membuat saya menikmati hobi saya malam itu.. :D.